Laporan Praktikum
Analisa Logam Fe dan Pb pada Air tercemar dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya IPTEK memacu terjadinya pencemaran
lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air yang
diakibatkan oleh dampak perkembangan industri harus dapat dikendalikan, karena bila tidak
dilakukan sejak dini akan menimbulkan permasalahan yang serius bagi
kelangsungan hidup manusia maupun alam sekitarnya. Salah satu hal yang perlu
dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan adalah melakukan
analisis unsur-unsur dalam ikan air tawar, terutama besi (Fe), timbal (Pb), tembaga
(Cu), dan cadmium (Cd). Pencemaran logam-logam tersebut dapat mempengaruhi dan
menyebabkan penyakit pada konsumen, karena di dalam tubuh unsur yang berlebihan
akan mengalami detoksifikasi sehingga membahayakan manusia.
Berdasarkan
uraian di atas, maka percobaan ini perlu dilakukan untuk analisis kadar logam
berat Fe dan Pb, pada air menggunakan
metode spektrometri serapan atom. Pemilihan metode spektrometri serapan atom
karena mempunyai sensitifitas tinggi, mudah, murah, sederhana, cepat, dan
cuplikan yang dibutuhkan sedikit. Cuplikan air
diperoleh di beberapa gedung
Fakultas yang ada dalam UIN Alauddin Makassar.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaiman
cara analisis logam besi (Fe) dan timbal (Pb) dalam suatu sampel air dengan
menggunakan metode spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA).
2.
Berapa
banyak kandungan besi logam (Fe) dan timbal (Pb) dalam suatu sampel air dengan
menggunakan metode spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA).
C. Tujuan Percobaan
1.
Untuk
mengetahui cara analisis logam besi (Fe) dan timbal (Pb) dalam suatu sampel air
dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA).
2.
Untuk mengetahui kandungan logam besi (Fe) dan timbal (Pb)
dalam suatu sampel air dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan
atom-nyala (SSA).
D. Manfaat Percobaan
1.
Dapat
mengetahui cara analisis logam (Fe) dan timbal (Pb) dalam suatu sampel air
dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA).
2.
Dapat
mengetahui kadar logam besi (Fe) dan timbal (Pb) dalam suatu sampel
air dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer,
ketika menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedanngkan yang
memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia
bernama Alan Walsh pada tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung
pada cara-cara spektrofotometrik atau analisis spektrografik. Beberapa cara ini
sulit dan memakan waktu, kemudian digantikan dengan spektroskopi serapan atom.
Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah.[1]
Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
metode spektroskopi emisi konvensional. Pada metode konvensional, emisi
tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi dilakukan secara termal, maka ia
bergantung pada temperatur sumber. Selain itu eksitasi termal tidak selalu
spesifik, dan eksitasi secara serentak pada berbagai spesies dalam suatu
campuran dapat saja terjadi. Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsure-unsur
dengan tingkat eksitasi yang rendah dapat dimungkinkan. Tentu saja perbandingan
banyaknya atom yang tereksitasi terhadap atom yang berada pada tingkat dasar
harus cukup besar, karena metode serapan atom hanya tergantung pada
perbandinganini dan tidak bergantung pada temperatur. Logam-logam yang
membentuk campuran kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu
diperlukan sumber energi yang besar.[2]
A. Prinsip AAS
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak
energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikan tingkat energinya ketingkat
eksitasi. Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan
memperoleh garis resonansi yang tepat.
B. Cara Kerja AAS
Setiap
alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut :
o
Unit atomisasi
o
Sumber radiasi
o
Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun
dengan tungku. Untuk mengubah unsure metalik menjadi uap atau hasil disosiasi
diperlukan energi panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat
hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Biasanya temperatur dinaikkan
secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan senyawa yang
dianalisis. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang
kontinyu. Di samping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna
diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang
semonokromator mungkin.
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang
tajam dari suatu unsure yang spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hallow
cathode. Dengan pemberiaan tegangan pada arus tertentu, logam mulai
memijar, dan atom-atom logam katodenya akan teruapkan dengan pemercikkan. Atom
akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu.
C. Pemakaian Analitis AAS
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam anlisis. Ini
disebabkan diantaranya oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat
runut, tdak memerlukan pemisahan pendahuluan. Kelebihan kedua adalah
kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua unsure pada konsentrasi
runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang
ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsure dengan kehadiran unsure
lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS
dapat digunakan sampai 61 logam.
Sensitivitas dan batas deteksi merupakan 2 parameter yang
sering digunakan dalam AAS. Sensitivitas didefinisikan sebagai konsentrasi
suatu unsure dalam larutan air (μg/ ml) yang mengabsorpsi 1 % dari intensitas
radiasi yang datang. Sedangkan batasan deteksi adalah konsentrasi suatu unsure
dalam larutan yang memberikan sinyal setara dengtan 2 kali deviasi standar dari
suatu seri pengukuran standar yang konsentrasinya mendekati blangko atau sinyal
latar belakang.
Menurut
Hutagalung, (1980) peralatanan
spektrofotometer serapan atom secara garis besarnya terdiri atas empat komponen
utama yaitu:
1.
Sumber
Radiasi
Sumber
radiasi berfungsi untuk memacarkan cahaya yang akan dipakai untu mengeksitasi
atom-atom dari unsur yang akan dianalisa. Sumber radiasi ini harus memancarkan
radiasi resonansi yang tajam dan intensitasnya stabil. Sebagai sumber radiasi
dipakai katoda berongga atau hollow
cathode lamp.
2.
Sistem Pengabut dan Pembakaran
Pengabut
berfungsi untuk mengubah larutan menjadi kabut. Pembakaran berfungsi untuk
mengubah ion logam menjadi atom-atom. Dalam spektroskopi serapan atom, yang
menyerap cahaya adalah atom, sehingga unsur-unsur dalam senyawa yang akan
ditentukan kadarnya harus direduksi ke bentuk atomnya. Oleh karena itu proses
pengatoman memegang peranan penting dalam analisa ini.
Proses yang terjadi
dalam sistem ini terdiri dari dua tingkat yaitu :
a.
Pengkabutan larutan agar dapat masuk ke dalam
nyala.
b.
Pengatoman unsur di
dalam nyala dengan menggunakan pembakar.
Campuran gas yang biasa dipakai untuk menghasilkan nyala
ialah :
a. Udara dan propane
b. Udara dan asetilen
c. N2O dan asetilen
3.
Sistem Monokromator
Monokromator
berfungsi untuk menyaring cahaya, sehingga cahaya yang masuk ke larutan contoh
adalah cahaya tunggal.
4.
Sistem Deteksi dan Pengukuran
Detektor
berfungsi untuk menghasilkan signal elektrik. Signal elektrik ini sebanding dengan
cahaya yang diserap. Besarnya signal elektrik ini kemudian dialirkan ke alat
pengukur.
Skema diagram dari alat tersebut dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
D.
Keunggulan dan Kelemahan SSA
1. Beberapa
keunggulan SSA, yaitu :
a. Sensitivitas (kepekaan) : cara ini sangat
pekat, banyak unsur dapat ditentukan pada kadar ppm, bahkan beberapa unsur
dengan teknik tertentu dapat ditentukan dalam orde ppb.
b. Selektifitas
: cara ini sangat selektif, sehingga dapat menentukan beberapa unsur sekaligus
dalam suatu larutan cuplikan tanpa perlu pemisahan.
c. Ketelitian
dan Ketepatan : ketelitian SSA relatif baik karena gangguan-gangguan dalam
pengukuran ternyata kurang dibandingkan instrumen lain. Ketepatan SSA cukup
baik, karena sederhananya isyarat dan telitinya hasil pengukuran yang menjadi
dasar pembuatan kurva kalibrasi.
2.
Beberapa kelemahan SSA, yaitu :
a. Beberapa
unsur tidak mudah menghasilkan uap atom dalam keadaan dasar ketika mencapai
nyala, seperti terdisosiasinya senyawa stabil sehingga menghalangi deteksi dan
penetapan, misalnya Al, Mo, Si dan Ti
b. Beberapa
nyala lebih tepat untuk unsur-unsur tertentu, maka bertambahnya contoh yang
akan ditentukan memerlukan tidak hanya satu penukaran sumber cahaya dan
setting, tetapi juga penukaran nyala, pembakaran dan sumber gas.
Menurut
Umar Ubbe (2003), hubungan antara absorbansi A dengan konsentrasi zat
pengabsorbsi adalah linear. Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan
supaya hukum Beer dapat dipakai, yaitu syarat konsentrasi, syarat kimia, syarat
cahaya, dan syarat kejernihan.
1. Syarat
Konsentrasi
Beer baik untuk larutan encer. Pada
konsentrasi tinggi (biasanya 0,01 M), jarak rata-rata di antara zat-zat
pengabsorbsi menjadi kecil sehingga masing-masing zat mempengaruhi distribusi
muatan tetangganya. Interaksi ini dapat mengubah kemampuan untuk mengabsorbsi
cahaya pada panjang gelombang yang diberikan. Oleh karena interaksi ini
bergantung pada konsentrasi, maka peristiwa ini menyebabkan penyimpangan dan
kelinieran hubungan diantara absorbansi dan konsentrasi. Pengaruh serupa
kadang-kadang terjadi di dalam larutan yang mengandung konsentrasi zat
pengabsorbsi yang rendah tapi konsentrasi zat non pengabsorbsi yang tinggi,
terutama elektrolit. Interaksi elektrostatis ion-ion yang berdekatan dengan zat
pengabsorbsi akan mempengaruhi harga molar absortivitas ; pengaruh ini dapat
dihindari dengan cara pengenceran.
Pengaruh interaksi molekul-molekul
tak berarti padaa konsentrasi di bawah 0,01 M kecuali untuk ion-ion organik
tertentu yang molekulnya besar. Contohnya absortivitas molar pada 436nm untuk
kation metilen blue dilaporkan bertambah 88% bila konsentrasi zat warna
tersebut naik dari 10– 5 menjadi 10 -2 ; walaupun
ditambah 10– 6, penyimpangan dari hukum Beer masih terjadi.
2. Syarat
Kimia
Zat pengabsorbsi tidak boleh
terdisosiasi, berasosiasi, atau bereaksi dengan pelarut menghasilkan suatu produk pengabsorbsi
spectrum yang berbeda dari zat yang dianalisis.Contoh yang umum adaalah sifat
yang terdapat pada indikator asam/basa HIn. Perubahan warna indikator yang berasal dari perubahan
kesetimbangan.
3. Syarat
Cahaya
Hukum Beer hanya berlaku untuk
cahaya yang betul-betul monokhromatik (cahaya yang mempunyai satu macam panjang gelombang). Bila
cahaya mempunyai dua macam panjang gelombang
λ ‘ dan λ ‘’.
4. Syarat
Kejernihan
Kekeruhan larutan yang disebabkan
oleh partikel-partikel koloid misalnya menyebabkan penyimpangan hukum Beer.
Sebagian cahaya akan dihamburkan oleh partikel-partikel koloid akibatnya
kekuatan cahaya yang diabsorbsi berkurang dari seharusnya.[3]
Spektro
emisi dan serapan atom dikarekterisasi
dengan gelombang berupa garis yang sepit dibanding dengan gelombang yang lebar
pada spektofotoetri olekular. Absorpsi ato adalah proses yang mana
atom-atom pada tingkat energy rendah
menyerap radiasi dan menjadi tereksitasi. Penyerapan energy terjadi oleh adanya
nteraksi antara elektron dalam suatu
atom dengan radiasi elektromagnetik.
Pada penyerapan radiasi oleh electron menyebabkan terjadinya suatu transisi
dari suatu tingkat ke tingkat lainnya, seperti dari orbital 2s ke orbital 2p,
dan sebagainya. Atom yang berada pada tingkat tereksitasi (energy tinggi)
kemudian kembali ke tingkat dasar atau ground
state (energy rendah) dengan
emancarkan energy dengan foton-fotonnya yang sama besarnya dengan yang diserap
ketika tereksitasi. Atom-atom hanya dapat menyerap dan mengemisi energy sebagai
foton-foton cahaya jika energy foton (hv) tepat sama dengan selisih energy
entara dua tingkat energy yang terlibat dalam transisi.
Secara
umum komponen alat-alat spektroskopi serapan atom sama seperti spektroskopi UV-Vis
. keduanya mempunyai suatu sumber cahaya, tempat contoh, monokromator, detector
dan keduanya digunakan untuk mengukur serapan sebagai suatu fungsi dari
konsentrasi standard an digunakan hukum beer untuk menentukan konsentrsi contoh
yang tidak diketahui. Eskipun demikian pada alat spektroskometer serapan atom
mempunyai sumber cahaya dan tempat contoh y6ang sangat berbeda dengan yang
digunakan pada spektrometri molekular.
1. Sumber
cahaya
Karena band width dari garis-garis
serapan atom ada pada tingkat 0,001 nm, agar gelombang maka tidak mungkin
mengginakan peralatan konvesional dan sumber cahaya kontinyu. Ada dua hal yang
penting :
a. Monokromator
harus mempunyai celah yang sangat sempit »0,01
nm, agar gelombang yang dilewatkan cukup kecil
»0,03 nm.
b. Energi
yang ditransmisi dari suatu sumber kontinyu memberikan , panjang glombang yang
dilewatkan sangat kecil, sehingga diperlukan detektor yang sangat peka
(sensitif) daripada system fotomultiplier yang konvesional
2. Lampu
katoda berongga
Katoda atom dan anoda wolfram
ditutup dengan gelas yang berisi gas
inert (Ne atau Ar) dengan tekanan 1-5 torr. Potensial yang digunakan
sekitar 500 V, arus sekitar 2-10 mA dan gas pengisi terionisasi pada anoda. Ion
yang dihasilkan bergerak cepat enuju katoda dan mengeluarkan atom-atom logam
yang membentuk awam atom-atom. Proses ini disebut SPUTTERING.
3. Nyala
Fungsi
nyala adalah menghasilkan atom-atom zat yang dianalisa pada berkas sinar yang
mana dapat Menyerap radiasi oleh lampuy katoda berongga.
4. Jenis-jenis
nyala
Nyala
yang ideal adalah nyala yang sudah cukup untuk menyebabkan atoisasi dari zat
yang dianalisis tapi belum cukup panas untuk menyebabkanionisasi, dengan
demikian untuk zat yang dianalisis berbeda diperlukan nyala ideal yang berbeda
pula . ada tiga macam nyala yang umum digunakan yaitu,
a. Udara
–propane
Nyala
ini relative dingin sekitar (1800 oC) yang hanya memberikan
sensitifitas yang baik untuk unsur-unsur yangmudah diionisasi sepertio Na dan K
b. Udara-asetilen
Nyala
ini paling umum digunakan pada SSA karena memberikan temperatur yang lebih
tinggi sekitar (2300 oC) yang cukup untuk mengatomisasi banyak
unsure Meskipun untuk unsur-unsur yang
membentuk oksida stabil seperti Ca, Mo dapat dianalisis dengan
memvariasikan perbandingan oksidan terhadap bahan bakar.
c. Nitrous
oksida- asetilen
Nyala
ini sangat panas (3000 oC) dan bersifat mereduksi, dengan demikian
sangat ideal untuk logam-logam yang membentuk oksida –oksida refaktory (cukup
kuat) seperti Al, Si, Ti, W. nyala nitrooksida- asetilen harus dioperasikan hati-hati
daripada nyala udara – asetilen. Untuk lebih amannya , mula-mula digunakan
nyalan udara – asetilen dibuat bahan baklar yang cukup banyak kemudian
dipindahkan ke nirooksida oleh suatub sklar dua arah .[4]
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
a.
Seperangkat alat
sprektroskopi serapan atom 1
buah
b.
Hoot
plate 1
buah
c.
Labu takar 100
mL 13
buah
d.
Gelas kimia 300 mL 5
buah
e.
Gelas ukur 10 ml 1
buah
f.
Tabung neisler 1
buah
g.
Bulf 1
buah
h.
Pipet skala 5 mL 1
buah
i.
Botol semprot 1
buah
2.
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
a. Air PAM (UIN Alauddin
Makassar)
b. Aquabidest (H2O)
c. Larutan asam nitrat (HNO3) pekat
d. Kertas
saring
B. Prosedur Kerja
1.
Persiapan dan
Pengawetan Contoh Uji
Bila contoh tidak dapat segera
dianalisa, maka contoh uji diawetkan dengan penambahan HNO3 pekat
sampai pH kurang dari 2 dengan waktu penyimpanan maksimum 6 bulan.
2.
Persiapan Pengujian
a.
Persiapan Contoh Uji
1. Memasukkan
100 ml larutan contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen ke dalam gelas
piala
2. Menambahkan
5 ml asam nitrat (HNO3 2%)
3. Memanaskan
di pemanas listrik sampai larutan contoh hampir kering
4. Menambahkan
50 ml air suling, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui kertas saring dan
ditepatkan 100 ml dengan air suling.
b.
Pembuatan Larutan Baku
Logam Besi (Fe) 100 mg/L
1.
Pipet 10 ml larutan
induk logan besi dari Fe 1000 mg/L ke dalam labu ukur 100 ml.
2.
Tepatkan dengan larutan
pengencer sampai tanda tetra.
a. Pembuatan
Larutan Baku Logam Besi (Fe) 10 mg/L
1. Memipet
50 ml larutan standar logam besi dari Fe 100 mg/L ke dalam labu ukur 500 ml
2. Tepatkan
dengan larutan pengencer sampai tanda tetra.
b. Pembuatan
Larutan kerja logam besi (Fe)
1. Memipet
0 ml; 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 60 ml larutan baku besi dari Fe 10
mg/L masing-masing ke dalam labu ukur 100 ml
2. Menambahkan
larutan pengencer sampai tepat tanda tetra sehingga diperoleh konsentrasi logam
besi 0,0 mg/L; 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 2,0 mg/L; 3,0 mg/L; 4,0 mg/L dan 6,0 mg/L.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Kadar Timbal (Pb)
Konsentrasi (ppm)
|
Absorbansi
|
1
|
0,0165
|
5
|
0,0734
|
10
|
0,1358
|
15
|
0,3412
|
20
|
0,2626
|
X (sampel)
|
0,0055
|
2.
Kadar
Besi (Fe)
Konsentrasi
(ppm)
|
Absorban
|
0,1
|
0,0171
|
0,5
|
0,0331
|
2
|
0,0536
|
3
|
0,0921
|
4
|
0,1203
|
6
|
0,1851
|
X
(sampel)
|
0,0082
|
B.
Perhitungan
1.
Kadar Timbal (Pb)
Konsentrasi (x)
|
Absorbansi (y)
|
x2
|
y2
|
x-y
|
1
|
0,0165
|
1
|
0,0002
|
0,0165
|
5
|
0,0734
|
25
|
0,0053
|
0,3670
|
10
|
0,1358
|
100
|
0,0184
|
1,3580
|
15
|
0,2626
|
225
|
0,0689
|
3,9390
|
20
|
0,3412
|
400
|
0,1164
|
6,824o
|
∑=51
|
∑=0,8293
|
∑=751
|
∑=0,2092
|
∑=12,5045
|
a = bx + y
b =
=
=
=
= 0,0175
Jadi,
a= y – b.x
= 0,1659 - 0,0175 (10,2)
= 0,1659 – 0,1735
= 0,012
R =
R =
=
=
=
R = 0,9933
R2
=0,48
Jadi, absorbansi
setiap konsentrasi yaitu:
Y1
=
a + bx1
= 0,012
+ 0,0175 x 1
= 0,0295
Y2
=
a + bx
= 0,012
+ 0,0175 x 5
= 0,1475
Y3 =
a + bx3
= 0,012
+ 0,0175 x 10
= 0,887
Y4
=
a + bx4
= 0,012
+ 0,0175 x 15
= 1, 0296
Y5
=
a + bx5
= 0,012
+ 0,0175 x 20
= 0,362
Jadi, kadar timbal (Pb) yaitu;
Y
= A + Bx
0,0055 = 0,012x
+ 0,0175
Xsampel =
=
0,3 ppm
2.
Kadar Besi (Fe)
Konsentrasi (x)
|
Absorbansi (y)
|
x2
|
y2
|
x-y
|
0,1
|
0,0171
|
0,01
|
0,0002
|
0,00171
|
0,5
|
0,0331
|
0,25
|
0,001
|
0,00827
|
2
|
0,0336
|
4
|
0,0028
|
0,1072
|
3
|
0,0921
|
9
|
0,0084
|
0,2763
|
4
|
0,1203
|
16
|
0,0144
|
0,4812
|
6
|
0,1851
|
36
|
0,03424
|
1,1106
|
∑= 20,6
|
∑=0,5013
|
∑=65,26
|
∑=0,061
|
∑=1,98526
|
Y
= a + bx
b =
=
b
=
b = 0,027
jadi nilai a= y -
bx
a= 0,0702 – 0,080
=
0,010.
R =
R=
=
R= 0,9923
R2= 0,9848
Jadi
absorbansi setiap konsentrasi yaitu;
Y1
=
a + bx1
= 0,010
+ 0,027 x 0,1
= 0,0037
Y2
=
a + bx
= 0,010
+ 0,027 x 0,5
= 0,0185
Y3 =
a + bx3
= 0,010
+ 0,027 x 2
= 0,074
Y4
=
a + bx4
= 0,010
+ 0,027 x 3
= 1, 111
Y5
= a
+ bx1
= 0,010 +
0,027 x 4
= 0,148
Y6
= a
+ b1
=
0,010 +
0,027 x 6
= 0,222
Untuk gram sampel;
Y
= A + Bx
0,0082 = 0,010x
+ 0,027
Xsampel =
=
1,88 ppm
C.
Grafik
1. Timbal (Pb)
Grafik. 1
2. Kadar
Besi (Fe)
Grafik. 2
D.
Pembahasan
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak
energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikan tingkat energinya ketingkat
eksitasi. Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan
memperoleh garis resonansi yang tepat.
1.
Pembuatan Laruta
Standar Pb 1000 ppm
Pada
percobaan ini hal-hal yang dilakukan pertama-tama membuat larutan standar Pb
1000 ppm yaitu mengubah Pb 1000 ppm menjadi 100 ppm dengan cara mengencerkan ke
dalam 50 ml larutan HNO3 2%, adapun fungsi dari asam nitrat yakni
sebagai asam pengoksidasi dan juga sebagai pelarut. Lalu memipat 5 ml, selanjutnya
Pb 100 ppm tadi diubah lagi menjadi 10 ppm dengan cara memipet 5 ml ke dalam 50
ml larutan dan mengencerkan dengan HNO3 2%. Selanjutnya membuat
deret standar dari 10 ppm yaitu 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3 ppm, 0,4 ppm dan 0,5 ppm.
Pada larutan 0,1 ppm memipet 1 ml. Lalu diencerkan ke dalam 50 ml HNO3
2% dan menghomogenkan. Begitu pula dengan larutan 0,2 ppm, 0,3 ppm, 0,4 ppm dan
0,5 ppm. Adapun tujuan pembuatan larutan standar ini yakni sebagai pembanding
antara larutan satu dengan larutan yang lain.
Untuk
pembuatan larutan kerja sampel ini yaitu memipet 50 ml air ledeng lalu
menambahka 1 ml HNO3 2% dan menghomogenkan.
Setelah
semua larutan standard an larutan kerja sampel dibuat, masing-masing diuji
dengan menggunakan spektrofotometer AAS. Untuk hasilnya dapat dilihat data
hasil pengamatan yang diperoleh.
Setelaha
melakukan uji kadar logam Fe dan Pb dengan menggunakan metode spektrofotometer
serapan atom, maka hasil yang diperoleh yaitu, kadar timbal (Pb) dalam sampel
sebesar 0,3 ppm sedangkan kadar besi (Fe) sebesar 1,88 ppm.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa kadar
besi (Fe) dan timbal (Pb) pada sampel air ledeng dengan menggunakan metode
spektrofotometer Serapan Atom (AAS) yaitu kadar Fe sebesar 0,3 ppm sedangkan
pada kadar Pb sebesar 1,88 ppm.
B.
Saran
Saran untuk percobaan ini yaitu, sebaiknya
menggunakan sampel yang berasal dari air mengalir, seperti sungai atau danau.
[1] Chrisye Dewi, Spektroskopi Serapan Atom,
http:///D:/udin/spektroskopi-serapan-atom-spekroskopi.html
(Yogyakarta: Puspitafakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, 2007)
[2] Ibid
[3]Umar Ubbe , Teori dan Aplikasi Instrument dalam
Pembelajaran dan Penelitian (Makassar : UNHAS Fak mateatika dan ilmu
pengetahuan alam. 2003), h.1-7.
Planet Win 365 casino no deposit bonus codes,free spins and
BalasHapusPlanet Win 365 bonus codes,free spins and casino deals. jeetwin Play for real with our new no deposit bonus codes and planet win 365 get a free online 10bet casino bonuses.